Montalinu – Mengalami asam urat memang sangat menyiksa, apalagi di tengah aktivitas yang padat. Sobat Montaliners yang pernah merasakan pasti sudah bisa membayangkan betapa menyakitkannya saat asam urat kambuh. Tahukah Anda, dalam istilah awam, asam urat bersumber dari kadar asam urat yang tinggi (hiperurisemia).
Dalam keadaan normal, asam urat terurai dalam darah dan mengalir melalui ginjal ke dalam urin. Namun, tubuh kita mungkin membuat terlalu banyak asam urat atau terkadang ginjal hanya mengeluarkan sedikit asam urat.
Memang umumnya asam urat diekskresikan oleh urin dan keringat pada manusia. Namun karena kadar pada penderita asam urat terlalu tinggi untuk dikeluarkan oleh tubuh. Asam urat yang menumpuk di sendi bawah kemudian membentuk pecahan kristal yang bergerak ke bagian tubuh yang biasanya di kaki.
Lalu apa yang membuat asam urat yang menumpuk tersebut terasa menyakitkan? Seperti dilansir dari Oklahoma Pain Doc, itu karena pecahan kristal ini menyerupai pecahan kaca mikroskopis, merobek jaringan dan menyebabkan rasa sakit yang menyiksa.
Pengaruh Hormon
Namun tahukah Sobat Montaliners bahwa mayoritas penderita asam urat adalah pria? Fakta tersebut dibuktikan secara ilmiah dengan faktor hormon yang ada pada tubuh pria dan wanita. Seperti diketahui wanita memiliki kadar estrogen yang tinggi, di mana estrogen ini dapat mengurangi kadar asam urat dalam darah.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dengan tingginya kadar estrogen yang dimiliki wanita ini membuat asam urat tidak sempat menumpuk di persendian. Sedangkan tubuh pria memiliki kadar estrogen yang rendah, sehingga saat kadar bisa tinggi tidak ada yang dapat ‘membantu’ untuk menurunkannya.
Kecuali jika wanita lanjut usia yang telah menopause, maka mereka juga rentan mengalami asam urat. Hal ini karena saat mengalami menopouse, yang biasanya terjadi ketika usia 40 tahun ke atas, ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen. Sehingga tidak ada lagi agen yang membantu mengurangi kadar asam jika sudah terlalu tinggi dan tidak bisa keluar semua melalui urin.
Ahli Farmasi CV. Bumi Wijaya Defit Andriyanto S.Farm, Apt., mengakui penyakit asam urat ini jarang sekali ditemui pada wanita karena pengaruh hormon tersebut. Maka dari itu sebagian besar konsumen produk herbal Montalinu ini adalah pria, terutama pria yang telah lanjut usia atau berusia di atas 40 tahun. Meskipun ada pula konsumen wanita yang sudah lanjut usia, namun jumlahnya lebih sedikit.
Sambiloto untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Ia juga mengingatkan bahwa produk ini mengandung bahan herbal Sambiloto yang diyakini kurang aman untuk ibu hamil dan menyusui. Penelitian empiris menyatakan bahwa sambiloto tidak dianjurkan untuk diberikan pada ibu hamil dan ibu menyusui. Salah satunya adalah pengujian in vivo pada tikus dan kelinci terhadap pemakaian herba sambiloto pada masa kehamilan.
Dalam pengujian tersebut menunjukkan kemungkinan bahwa herba ini mempunyai efek abortifasien sehingga tidak boleh dikonsumsi selama hamil. Hal itu kemungkinan karena sambiloto memiliki efek berlawanan terhadap progesteron endogen
sehingga menyebabkan aborsi.
“Namun jangan khawatir, karena biasanya asam urat tidak menyerang wanita apalagi wanita pada usia produktif (belum menopouse). Sangat jarang sekali wanita di usia muda mengalami asam urat. Jadi memang produk ini tidak diperuntukkan bagi ibu hamil dan menyusui,” ujarnya di Cilacap.